Wednesday 11 February 2015

pintar belum tentu sukses

Pintar Itu Belum Tentu Sukses

Apahak anda dulu seaktu masih sekolah adalah murid yang pandai? atau anda termasuk murid yang malas? jawaban itu hanya anda dan guru anda yang tau.

Singkat cerita, Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD sampai lulus S-1, ia selalu juara kelas. Namun, di program kuliah S-2, ia nampak kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya hampir selalu ditolak tanpa satu alasan apapun yang jelas. Kalau schedule pertemuanpun dibatalkan sepihak oleh dosen, hal ini tentu sulit diterimanya.

Sementara itu, teman-temannya yang cepat selesai tau bagaimana cara mencari celah. Ia berfikir, kawnannya tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan para dosen. Karena dia merasa yakin kalau kawannya tidak sepintar dirinya.

Banyak orangtua yang tidak menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar yaitu: nilai kesombongan dan ketidakmampuan dalam menyelkesaikan masalah. Bila saja hal ini saja tidak bisa diatasi, maka bisa saja masa depan ekonominya akan berat.

Mungkin inilah yang perlu diperhatikkan oleh orangtua dan kaum muda: belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu rintangan dan kesulitan.

Ini adalah Hadiah Untuk Orang Tua


Apakah itu termasuk kesulitan hidup? perasaan frustrasi dalam memecahkan suatu perkara, sampai kegagalan untuk membuka pintu masalah, jatuh bangun di usia muda. Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan les private, atau bahkan menyuap kepala sekolah dan wali kelasnya atau gurunya. Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anaknya saat menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.

Kesalahan ini pada mereka membuat kita resah. Masalah mereka merupakan masalah kita juga. bukanlah milik mereka sendiri.

Termasuk di dalamnya ialah rasa bangga orang tua yang berlebihan ketika anaknya mengalami kemudahan didalam belajar dibandingkan rekannya di sekolah.

Jadi, dari kecil, anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukanlah asal-asalan. Pujian boleh saja untuk menyemangatnya namun bukan membuatnya selalu anggap enteng semua masalah.

Saya teringat masa-masa saya yang hampir setiap menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk bengal. tapi ibu saya bilang saya sangat kreatif. kakak saya bilang saya bandel.  akan tetapi otak saya berkata akan selalu ada jalan keluar di setiap kesulitan.

Dunia adalah Panggung orang dewasa

Tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu bodoh atau tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya. Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka.  pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin, dan tidak mampu menghadapi ujian yang sebenarnya.

Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh menyelesaikan kesulitan. Ia hanya pandai ngeles atau berkicau sana-sini di belakang panggung. karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang yang merasa dirinya pintar sulit dalam menghadapi suatu kesulitan. Maka dari itu dari apa yang saya renungkan sebenarnya sederhana saja, yaitu orang tua jangan cepat-cepat merampok kesulitan yang dihadapi anakmu. dan Sebaliknya berilah kesempatan pada mereka untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.

ini adalah sepenggal kisah dari blogger excelmotorcycle karena saya ingin menulis akhirnya saya membuka jasa aja tepatnya http://www.jasapaspor.net

No comments:

Post a Comment